LIMA PEPATAH ORANG MINANG


       Orang Minangkabau sangat memegang teguh pepatah-pepatah adat mereka baik dalam kehidupan di daerah sendiri maupun di daerah perantauan.  Karena mereka meyakini bahwa setiap pepatah yang ada di dalam adat mereka itu mempunyai makna yang mendalam yang akan menjadi pijakan dan pembangkit semangat saat mereka menjalani kehidupan. Dibawah ini adalah beberapa pepatah Minangkabau yang dapat memotivasi kita semua.
1.      Alam takambang jadi guru
                    Alam terkembang jadi guru, adalah bahasa indonesia dari alam takambang jadi guru pepatah Minangkabau yang pertama ini. Maksudnya, Belajar itu tidak mesti dari guru, kita bisa belajar dari diri sendiri, dari orang lain bahkan dari alam baik hewan, tumbuh-tumbuhan bahkan benda mati sekalipun.
              Ilmu padi contohnya, ketika sebatang padi mulai dewasa dan mulai berisi maka dia akan semakin merunduk. Didalam kehidupan ini, orang yang semakin tinggi ilmunya maka dia harus semakin rendah hatinya. Inilah salah satu pelajaran yang dapat kita ambil dari sebatang padi, bahwa kita tidak boleh sombong dengan ilmu yang kita dapati, karena Allah adalah maha segala-galanya. Jadi, tidak pantas kita sombong dengan ilmu yang tidak akan pernah menyaingi ilmu Allah.
      2.      Bajalan paliharo kaki, bakato paliharo lidah
                   Dalam bahasa indonesia, pepatah ini dimaksudkan bahwa ketika berjalan peliharalah kaki dan ketika berbicara peliharalah lidah. Maksud dari pepatah ini adalah jika kita hendak memutuskan sesuatu hendaklah mempertimbangkan segala apa yang terjadi nantinya.
                   Setiap apa yang kita lakukan harus kita pertanggungjawabkan. Oleh sebab itu, pepatah ini menekankan kita supaya berhati-hati dalam mengambil keputusan dan berhati-hati saat berbicara agar tidak ada orang yang tersakiti oleh perlakuan kita.
      3.      Buruak muko jan camin nan dibalah
                 Pepatah ini mengisaratkan kepada kita bahwa buruk muka jangan cermin yang dibelah. Pepatah Minang ini menjelaskan bahwa kita harus mencari penyebab sesuatu itu dengan teliti dan cermat sesuai dengan apa yang terjadi. Jangan sampai kita menjadi seperti orang yang memecahkan kacanya lantaran wajahnya buruk ketika dia lihat di cermin.
                     Setiap akibat pasti ada sebab yang sesuai dengan akibatnya. Kita harus intropeksi diri kita sebelum menyalahkan orang lain. Janganlah kita menjadi orang yang tidak tahu dengan kesalahan kita sendiri. Dan juga janganlah menjadi orang yang tidak bertanggung jawab dengan perbuatan sendiri apalagi menyalahkan orang lain.
      4.      Jan jadi batuang indak bamiang, jan jadi bungo indak baduri
                    Maksud pepatah Minang yang keempat ini adalah janganlah kita menjadi seperti bambu yang tidak bermiang atau menjadi bunga yang tidak berduri. Bambu tidak bermiang atau bunga yang tidak berduri sama halnya laki-laki atau perempuan yang tidak tau malu dan tidak pandai menjaga diri.
                Pepatah ini biasanya disampaikan oleh orang tua di Minangkabau kepada anaknya saat anaknya menuntut ilmu atau pergi merantau agar anaknya menjadi orang yang berbudi baik dan memiliki pedoman hidup.
      5.      Jan bagantuang ka dahan lapuak, jan bapijak ka aka mati
                  Di Minangkabau, pepatah ini juga dijadikan nasehat oleh orang tua kepada anaknya saat merantau dan sebagainya.
                       Dalam bahasa indonesia, pepatah ini berarti jangan bergelantung dengan batang kayu yang lapuk dan jangan berpijak ke akar yang telah mati. Maksudnya adalah di dalam hidup ini jangan melakukan segala sesuatu yang tidak ada landasannya, jangan lakukan apapun yang kita tidak ketahui tentangnya.


Semoga bermanfaat!


catt: lihat juga di datdut

Komentar